Langsung ke konten utama

Kumpulan Ayat Ruqyah Pengusir Jin Dan Setan Lengkap Dengan Artinya. Bisa Dibaca Setiap Saat!


Bacaan Ruqyah Lengkap (Arab, Latin dan Terjemahan)
Pengobatan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit.

Biasanya didalam ruqyah dibacakan doa-doa yang bisa menyembuhkan penyakit pasien.

Di dalam masyarakat kita ruqyah sering diartikan sebagai metode pengobatan untuk mengusir setan yang menganggu seseorang.

Padahal metode pengobatan ruqyah tidak hanya digunakan dalam penyembuhan kerasukan atau gangguan jin saja.

Orang yang terkena sengatan hewan, gila, hingga terkena sihir juga bisa dsembuhkan melalui ruqyah.

Di dalam Islam istilah Ruqyah terbagi menjadi dua, yaitu ruqyah syar’iyah dan ruqyah syirkiyah.

Syarat Bacaan Ruqyah
Pada metode ruqyah syar’iyah ayah-ayat Al Quran dan bacaan dzikir dipergunakan untuk menyembuhkan pasien.

Sedangkan pada ruqyah syirkiyah yang digunakan justru metode sebaliknya, yaitu menggunakan mantra-mantra maupun jejampian.

Biasanya kalangan dukun dan penyihir yang menggunakan metode ini.

Semua ayat Al Quran bisa digunakan dalam pengobatan ruqyah syar’iyah, tapi kalimat-kalimat Arab belum tentu bacaan ruqyah syar’iyah.

Berikut ini beberapa kriteria yang dikategorikan sebagai bacaan ruqyah syar’iyah:

1. Ayat Al quran dan Doa Syar’i untuk Bacaan Ruqyah
Semua surat maupun ayat yang ada di dalam Al Qur’an bisa dipergunakan dalam meruqyah.

Beberapa kasus, para ustadz atau tabib ruqyah tidak mungkin membaca Al Quran secara utuh dikarenakan waktu.

Biasanya mereka akan membacakan surat atau ayat-ayat tertentu saja.

Surat atau ayat Quran yang umum dibacakan saat meruqyah, diantaranya surat Al Fatihah, Ayat Kursi, 2 ayat terakhir surah Al Baqarah, Al Falaq, serta An-Nas.

2. Bacaan Ruqyah Diutamakan Menggunakan Bahasa Arab
Sehubungan dengan bacaan Al Quran yang menggunakan bahasa Arab, doa-doa yang lain pun diutamakan yang menggunakan bahasa Arab.

Jika tidak mampu membacakan doa dalam bahasa Arab boleh menggunakan bahasa yang lainnya.

Biasanya dalam kasus meruqyah gangguan jin, peruqyah melakukan dialog dengan jin yang merasuki pasien menggunakan bahasa masing-masing.

3. Tidak Bergantung Pada Ruqyah
Diruqyah saat terkena penyakit menggunakan ruqyah syar’iyah memang diperbolehkan, tapi kita tidak boleh bergantung kepadanya.

Sebagai seorang muslim tentu kita lebih dianjurkan untuk membentengi diri kita dari penyakit-penyakit yang demikian. Sesungguhnya mencegah lebih baik daripada mengobati.

Perbanyaklah beribadah seperti shalat dan mengaji dengan khusuk.

Jika memang merasa ingin diruqyah akan lebih baik untuk melakukan ruqyah mandiri terlebih dahulu sebelum pergi ke orang lain untuk meruqyah.

Hal itu mencegah dari ketergantungan sekaligus untuk mempertebal iman.

4. Isi Bacaan Ruqyah Jelas Maknanya
Terkadang ada peruqyah yang memberikan pasiennya tulisan Arab untuk ditempel dirumah pasien maupun untuk dimasukkan kedalam air putih.

Perlu diperhatikan disini adalah tidak semua tulisan Arab berarti baik. Apalagi yang bukan diambil dari Al Quran tentu patut kita waspadai. Siapa tahu tulisan tersebut termasuk rajah.

5. Tidak Menyekutukan Allah
Masih berhubungan dengan point yang sebelumnya. Tulisan maupun bahasa Arab yang digunakan tidak boleh mengandung kalimat yang menyekutukan Allah.

Untuk itu lebih baik gunakan bahasa yang dimengerti agar tidak salah ucap. Jangan sampai niat kita untuk melakukan ruqyah syar’iyah berubah menjadi ruqyah syirkiyah.

6. Tidak Mengandung Ungkapan Tercela atau yang Diharamkan
Seperti yang kita ketahui saat ini banyak sekalia aliran ssesat yang mengatasnamakan Islam.

Mereka banyak mengajarkan untuk berdoa dengan mencela para sahabat dan ummul mukminin.

Tidak hanya sekedar mencela mereka bahkan melaknat dan justru mengagungkan para ulama mereka. Naudzubillahi min dzalik.

7. Tidak Menyaratkan Pasien yang Diruqyah
Hal yang terakhir ini biasanya paling sering dilakukan oleh para dukun maupun tukang sihir.

Untuk itu peruqyah syar’iyah tidak diperbolehkan untuk meminta syarat kepada pasien yang akan diruqyah.

Apalagi sampai menuruti kata-kata dari jin yang merasuki pasien saat berdialog.

Bacaan Ruqyah
Ada beberapa ayat dalam Alquran yang bisa di gunakan untuk ruqyah. Berikut diantaranya:

1. Surat al Fatihah
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ

2. Al- Mu’awwizat (Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas)
Surat Al-Ikhlas
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ

اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ

وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

Surat Al-Falaq
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ

وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ

Surat An-Nas
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ

مَلِكِ النَّاسِۙ

اِلٰهِ النَّاسِۙ

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ

الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

3. Ayat Kursi
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa’u ‘indahū illā bi`iżnih, ya’lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min ‘ilmihī illā bimā syā`, wasi’a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-‘aliyyul-‘aẓīm

Terjemah Arti: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

4. Surat Yasin ayat 1-9
يٰسۤ ۚ

yā sīn

Terjemah Arti: Ya Sin

وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ

wal-qur`ānil-ḥakīm

Terjemah Arti: Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah,

اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ

innaka laminal-mursalīn

Terjemah Arti: sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,

عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ

‘alā ṣirāṭim mustaqīm

Terjemah Arti: (yang berada) di atas jalan yang lurus,

تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ

tanzīlal-‘azīzir-raḥīm

Terjemah Arti: (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang,

لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ

litunżira qaumam mā unżira ābā`uhum fa hum gāfilụn

Terjemah Arti: agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.

لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ

laqad ḥaqqal-qaulu ‘alā akṡarihim fa hum lā yu`minụn

Terjemah Arti: Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.

اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ

innā ja’alnā fī a’nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fa hum muqmaḥụn

Terjemah Arti: Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.

وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ

wa ja’alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fa hum lā yubṣirụn

Terjemah Arti: Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.

Adab Saat Meruqyah
Berikut beberapa adab yang bisa anda lakukan ketika hendak meruqyah.

1. Berwudhu terlebih dahulu

2. Baca ayat al-Quran yang sering digunakan untuk ruqyah, dengan niat ruqyah. Seperti ayat kursi, dua ayat terakhir surat al-Baqarah, atau surat al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas, atau ayat lainnya. Bisa juga dengan menggunakan doa yang pernah diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

3. Mengusapkan tangan ke anggota tubuh yang bisa dijangkau, atau ke anggota tubuh yang sakit. Atau menggunakan media air. Caranya, kita membaca ayat-ayat ruqyah dengan mendekatkan segelas air bersih di mulut. Selesai baca, air diminum.

4. Tawakkal.

Praktek Ruqyah Diri Sendiri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita beberapa doa dan ruqyah yang bisa kita baca ketika sakit. Diantaranya,

Ruqyah/Doa Saat Ada Bagian Anggota Tubuh yang Sakit
1. Letakkan tangan di bagian tubuh yang sakit

2. Baca “bismillah” 3 kali

3. Lanjutkan dengan membaca doa berikut 7 kali,

أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

A’uudzu bi ‘izzatillahi wa qudratihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru

Artinya: “Aku berlindung dengan keperkasaan Allah dan kekuasaan-Nya, dari kejelekan yang aku rasakan dan yang aku khawatirkan.”

Dalilnya:

Dari Utsman bin Abil Ash radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau mengadukan rasa sakit di badannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya, “Letakkanlah tanganmu di atas tempat yang sakit dari tubuhmu,” lalu beliau ajarkan doa di atas. (HR. Muslim 5867 dan Ibnu Hibban 2964)

Ruqyah Sebelum Tidur
1. Gabungkan dua telapak tangan

2. Baca surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Naas

3. Tiupkan ke kedua telapak tangan

4. Usapkan kedua telapak tangan itu ke seluruh tubuh yang bisa dijangkau. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan (diulang sampai tiga kali)

Ini berdasarkan hadis dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, yang menceritakan kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelulm tidur. (HR. Bukhari 5017 dan Muslim 2192).

Ruqyah Saat Terluka
1. Ambil ludah di ujung jari

2. Letakkan di tanah

3. Letakkan campuran ludah dan tanah ini di bagian yang luka, sambil membaca,

بِسْمِ اللَّهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيقَةِ بَعْضِنَا يُشْفَى سَقِيمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا

Bismillah, turbatu ardhinaa bi riiqati ba’dhinaa, yusyfaa saqimuna bi idzni rabbinaa..

Artinya: “Dengan nama Allah, Debu tanah kami dengan ludah sebagian kami semoga sembuh orang yang sakit dari kami dengan izin Rabb kami.” (HR. Bukhari 5745 & Muslim 5848).

Sumber: https://konsultasisyariah.com/26093-bagaimana-cara-meruqyah-diri-sendiri.html

Ayat-ayat Ruqyah Penghancur Sihir
Ayat yang dapat digunakan untuk menghancurkan sihir:

1. Al Baqarah ayat 102
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Wattaba’ụ mā tatlusy-syayāṭīnu ‘alā mulki sulaimān, wa mā kafara sulaimānu wa lākinnasy-syayāṭīna kafarụ yu’allimụnan-nāsas-siḥra wa mā unzila ‘alal-malakaini bibābila hārụta wa mārụt, wa mā yu’allimāni min aḥadin ḥattā yaqụlā innamā naḥnu fitnatun fa lā takfur, fa yata’allamụna min-humā mā yufarriqụna bihī bainal-mar’i wa zaujih, wa mā hum biḍārrīna bihī min aḥadin illā bi`iżnillāh, wa yata’allamụna mā yaḍurruhum wa lā yanfa’uhum, wa laqad ‘alimụ lamanisytarāhu mā lahụ fil-ākhirati min khalāq, wa labi`sa mā syarau bihī anfusahum, lau kānụ ya’lamụn

Terjemah Arti: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”

2. Al A’raaf ayat 117-122
وَاَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اَنْ اَلْقِ عَصَاكَۚ فَاِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُوْنَۚ

wa auḥainā ilā mụsā an alqi ‘aṣāk, fa iżā hiya talqafu mā ya`fikụn

Terjemah Arti: “Dan Kami wahyukan kepada Musa, “Lemparkanlah tongkatmu!” Maka tiba-tiba ia menelan (habis) segala kepalsuan mereka.

فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَۚ

fa waqa’al-ḥaqqu wa baṭala mā kānụ ya’malụn

Terjemah Arti: “Maka terbuktilah kebenaran, dan segala yang mereka kerjakan jadi sia-sia.

فَغُلِبُوْا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوْا صٰغِرِيْنَۚ

fa gulibụ hunālika wangqalabụ ṣāgirīn

Terjemah Arti: “Maka mereka dikalahkan di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.

وَاُلْقِيَ السَّحَرَةُ سٰجِدِيْنَۙ

wa ulqiyas-saḥaratu sājidīn

Terjemah Arti: “Dan para pesihir itu serta merta menjatuhkan diri dengan bersujud.

قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

qālū āmannā birabbil-‘ālamīn

Terjemah Arti: “Mereka berkata, “Kami beriman kepada Tuhan seluruh alam,

رَبِّ مُوْسٰى وَهٰرُوْنَ

rabbi mụsā wa hārụn

Terjemah Arti: “(yaitu) Tuhannya Musa dan Harun.”

3. Yunus 81-82
فَلَمَّآ اَلْقَوْا قَالَ مُوْسٰى مَا جِئْتُمْ بِهِ ۙالسِّحْرُۗ اِنَّ اللّٰهَ سَيُبْطِلُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِيْنَ

fa lammā alqau qāla mụsā mā ji`tum bihis-siḥr, innallāha sayubṭiluh, innallāha lā yuṣliḥu ‘amalal-mufsidīn

Terjemah Arti: “Setelah mereka melemparkan, Musa berkata, “Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan kepalsuan sihir itu. Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang berbuat kerusakan.”

وَيُحِقُّ اللّٰهُ الْحَقَّ بِكَلِمٰتِهٖ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُوْنَ

wa yuḥiqqullāhul-ḥaqqa bikalimātihī walau karihal-mujrimụn

Terjemah Arti: “Dan Allah akan mengukuhkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukainya.

3. Thaha ayat 69
وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا ۖ إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ ۖ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ

Wa alqi mā fī yamīnika talqaf mā ṣana’ụ, innamā ṣana’ụ kaidu sāḥir, wa lā yufliḥus-sāḥiru ḥaiṡu atā

Terjemah Arti: “Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang“.

Demikian beberapa penjelasan kami mengenai Bacaan Ruqyah | Ayat, Syarat, Adab dan Praktek Ruqyah Diri Sendiri. Semoga bermanfaat.
الخدمة اولياء الزيادة 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulumul Qur'an • Kaidah Penulisan Hamzah (Kaidah Imla dan Rasm)

Cyber Da'wah Aulia Media (CDAM) Kaidah Penulisan Hamzah (Kaidah Imla dan Rasm) Cara menulis hamzah di awal, di tengah, dan di akhir Berbeda dengan huruf hijaiyah lainnya, hamzah mempunyai kaidah tersediri dalam penulisannya. Hamzah bisa ditulis dalam bentuk alif, ya’, wau, atau mandiri (seperti kepala ain). Di bawah ini akan dijelaskan cara penulisan hamzah dalam kaidah imla’ dan juga rasm utsmani. Penulisan Hamzah 1. Hamzah di awal kata Ketika hamzah berada di awal kata, maka di tulis dalam bentuk alif, baik hamzah qatha maupun hamzah washal. Perbedaanya kalau menulis hamzah qatha harus ada kepala hamzahnya (ء) di atas alif ketika berharakat fathah dan dhammah serta berada di bawah alif ketika berharakat kasrah. Sedangkan menulis hamzah washal berbentuk alif saja tanpa ada kepada hamzah. Contoh hamzah qatha: أَنْعَمْتَ – أُنَاسٌ - إِكْرَامٌ Contoh hamzah washal: اَلْأَنْهَارُ - اِبْنٌ - اُنْصُرْ === Perbedaan hamzah qatha dan hamzah washal === 2. Hamzah di tengah Hamza...

Enam (6) Kaidah Rasm Utsmani (Kaidah Penulisan Al-Qur'an)

Cyber Da'wah Aulia Media (CDAM) Kaidah Rasm Utsmani | Khath Utsmani | Rasmul Qur'an Rasm bisa diartikan atsar (bekas), khat (tulisan) atau metode penulisan. Rasm Utsmani atau disebut juga Rasmul Qur’an adalah tata cara penulisan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa khlalifah Utsman bin Affan. Istilah Rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari Mus bin zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu. Menulis Kaligrafi Al-Qur'an Kaidah rasm utsmani ada 6: 1. Hadzf (الْحَذْف) Hadzf artinya membuang. Nah dalam penulisan Al-Qur’an ada beberapa huruf yang dibuang. Huruf yang dibuang diantaranya alif, wau, ya’, lam dan nun. Contoh wau yang dibuang: اَلْغَاونَ (اَلْغَاوُوْنَ) Contoh ya’ yang dibuang: وَلِيَ دِيْنِ (دِيْنِيْ) Contoh lam yang dibuang: ...

Imam Al-Ghazali: Sang Hujjatul Islam

Imam Al-Ghazali: Sang Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Al-Ghazali, yang terkenal dengan Hujjatul Islam (argumentator Islam) karena jasanya yang besar di dalam menjaga Islam dari pengaruh ajaran bid’ah dan aliran rasionalisme Yunani. Beliau lahir pada tahun 450 H, bertepatan dengan 1059 M di Ghazalah, suatu kota kecil yang terlelak di Thus wilayah Khurasan yang waktu itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan di dunia Islam. Para Ulama nasab berselisih pendapat dalam penyandaran nama Imam Ghazali ra, sebagian mengatakan, bahwa penyandaran nama beliau kepada daerah Ghazalah di Thus tempat kelahiran beliau ini dikuatkan oleh Al-Fayumi dalam Mishbahul Munir, penisbatan ini kepada salah seorang keturunan Imam Ghazali yaitu Majdudin Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhammad bin Abi Thohir Syarwan Syah bin Abul Fadhl bin Ubaidillah, anaknya Sitti Al-Mana Binti Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali yang mengatakan: “...