Langsung ke konten utama

Enam (6) Kaidah Rasm Utsmani (Kaidah Penulisan Al-Qur'an)

Cyber Da'wah Aulia Media (CDAM)
Kaidah Rasm Utsmani | Khath Utsmani | Rasmul Qur'an
Rasm bisa diartikan atsar (bekas), khat (tulisan) atau metode penulisan. Rasm Utsmani atau disebut juga Rasmul Qur’an adalah tata cara penulisan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa khlalifah Utsman bin Affan. Istilah Rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari Mus bin zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu.

Menulis Kaligrafi Al-Qur'an
Kaidah rasm utsmani ada 6:
1. Hadzf (الْحَذْف)
Hadzf artinya membuang. Nah dalam penulisan Al-Qur’an ada beberapa huruf yang dibuang. Huruf yang dibuang diantaranya alif, wau, ya’, lam dan nun.

Contoh wau yang dibuang:
اَلْغَاونَ (اَلْغَاوُوْنَ)
Contoh ya’ yang dibuang:
وَلِيَ دِيْنِ (دِيْنِيْ)
Contoh lam yang dibuang:
وَالَّيْلِ (وَاللَّيْلِ)
Contoh nun yang dibuang:
لَمْ نَكُ (نَكُنْ)

2. Ziyadah (الزِّيَادَة)
Ziyadah artinya menambah. Maksudnya dalam kaidah imlai huruf-huruf tersebut tidak ada, namun dalam penulisan di Al-Qur’an dimunculkan walaupun tidak memengaruhi bacaan. Huruf yang ditambahkan diantaranya alif, wau, ya’ dan Ha’.
Contoh penambahan alif:
أَوْ لَأَاذْبَحَنَّهُ (لَأَذْبَحَنَّهُ)
Contoh penambahan wau:
سَأُورِيْكُمْ (سَأُرِيْكُمْ)
Contoh penambahan ya’:
بِأَيْيدٍ (بِأَيْدٍ)
Contoh penambahan Ha:
مَا هِيَهْ (هِيَ)
3. Badal (البَدْل)
Badal artinya mengganti. Adapun dalam rasm utsmani, badal adalah mengganti huruf dengan huruf yang lain.
Mengganti alif dengan wau:
الصَّلَوةُ (الصَّلَاةُ)، كَمِشْكَوةٍ (كَمِشْكَاةٍ)
Mengganti alif dengan ya’:
الضُّحَى (الضُّحَا)، يأَسَفَى (يأَسَفَا)
Mengganti ta’ marbuthah dengan ta’ maftuhah:
رَحْمَتَ (رَحْمَةَ)، امْرَاَتُ (امْرَاَةُ)
Mengganti nun dengan alif:
لَنَسْفَعًا (لَنَسْفَعَنْ)
4. Hamzah (الْهَمْزَة)
Hamzah ditulis dalam bentuk alif, ya’, wau, atau seperti kepala ain.
> Hamzah di awal kata ditulis dalam bentuk alif.
Contoh:
أَنْعَمْتَ، اَلْاَنْهَارُ، اِبْنٌ
> Hamzah di tengah kata ditulis menyesuaikan dengan harakat pada hamzah dan huruf sebelumnya. Urutan harakat terkuat antara hamzah dan huruf sebelumnya adalah kasrah, dhammah, fathah dan sukun. Ditulis dalam bentuk alif apabila mengacu pada harakat fathah; ditulis dalam bentuk ya’ apabila mengacu pada harakat kasrah; ditulis dalam bentuk wau apabila mengacu pada harakat dhammah.
Contoh penulisan hamzah di tengah:           
سَأَلَ، سُئِلَ، سُؤَالٌ
> Adapula hamzah yang ditulis mufradah atau seperti kepala ‘ain apabila berada diakhir kata dan sebelumnya adalah huruf sukun.
Contoh:
مِلْءٌ، مَاءٌ، سُوْءٌ، شَيْءٌ
Tapi ada penulisan hamzah di Al-Qur’an ada keluar dari ketentuan di atas diantaranya:
Al-Ma’arij: 13
وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُئْوِيْهِ (تُؤْوِيْهِ)
Al-Isra: 60
.... وَمَا جَعَلْنَا الرُّءْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلاَّ فِتْنَةً لِّلنَّاسِ ... (الرُّؤْيَا)
Seharusnya pada Al-Ma’arij 13 dan Al-Isra 60 hamzahnya ditulis dengan bentuk wau.
5. Fashal dan Washal (الْفَصْلُ وَالْوَصْل)
Yang dimaksud fashal atau washal adalah pemisahan atau penggabungan dalam penulisan. Istilah lainnya adalah maqthu’ dan maushul namun maksudnya sama. Dalam Al-Qur’an, ada dua kata yang ditulis bersambung, namun kadang pula ditulis terpisah.
Contoh:
أَنْ لَّا – أَلَّا
إِنْ لَمْ – إِلَّمْ
أَنْ لَنْ – أَلَّنْ
إِنْ مَّا – إِمَّا
عَنْ مَّا – عَمَّا
مِنْ مَّا – مِمَّا
أَمْ مَّنْ – أَمَّنْ
كُلّ مَا – كُلّمَا
فِيْ مَا – فِيْمَا
يَوْمَ هُمْ - يَوْمَهُمْ
6. Kata yang terdapat dua qiraat dan ditulis salah satunya.
Apabila ada kata yang dibaca berbeda oleh para ahli qiraat, maka penulisannya hanya satu saja diambil dari yang paling banyak menggunakan.
Contoh:
مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Kata (مَلِكِ) pada mimnya tidak terdapat alif walaupun dibaca panjang dalam riwayat Imam Hafsh karena kebanyak qiraat membacanya dengan pendek.
اهدِنَا الصِّرَاطَ الْمُستَقِيمَ
Kata (الصِّرَاطَ) ditulis dengan shad walaupun dalam qiraat lain ada yang membacanya dengan sin.
... وَاللّهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Pada Al-Baqarah 235, kata (يَبْصُطُ) ditulis dengan shad walaupun dalam riwayat Imam Hafsh dibaca dengan sin. Hal ini karena kebanyakan qiraat membacanya dengan shad (ص)

الكتاب
محمد اوليآء حفيظ المجيد



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulumul Qur'an • Kaidah Penulisan Hamzah (Kaidah Imla dan Rasm)

Cyber Da'wah Aulia Media (CDAM) Kaidah Penulisan Hamzah (Kaidah Imla dan Rasm) Cara menulis hamzah di awal, di tengah, dan di akhir Berbeda dengan huruf hijaiyah lainnya, hamzah mempunyai kaidah tersediri dalam penulisannya. Hamzah bisa ditulis dalam bentuk alif, ya’, wau, atau mandiri (seperti kepala ain). Di bawah ini akan dijelaskan cara penulisan hamzah dalam kaidah imla’ dan juga rasm utsmani. Penulisan Hamzah 1. Hamzah di awal kata Ketika hamzah berada di awal kata, maka di tulis dalam bentuk alif, baik hamzah qatha maupun hamzah washal. Perbedaanya kalau menulis hamzah qatha harus ada kepala hamzahnya (ء) di atas alif ketika berharakat fathah dan dhammah serta berada di bawah alif ketika berharakat kasrah. Sedangkan menulis hamzah washal berbentuk alif saja tanpa ada kepada hamzah. Contoh hamzah qatha: أَنْعَمْتَ – أُنَاسٌ - إِكْرَامٌ Contoh hamzah washal: اَلْأَنْهَارُ - اِبْنٌ - اُنْصُرْ === Perbedaan hamzah qatha dan hamzah washal === 2. Hamzah di tengah Hamza...

Imam Al-Ghazali: Sang Hujjatul Islam

Imam Al-Ghazali: Sang Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Al-Ghazali, yang terkenal dengan Hujjatul Islam (argumentator Islam) karena jasanya yang besar di dalam menjaga Islam dari pengaruh ajaran bid’ah dan aliran rasionalisme Yunani. Beliau lahir pada tahun 450 H, bertepatan dengan 1059 M di Ghazalah, suatu kota kecil yang terlelak di Thus wilayah Khurasan yang waktu itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan di dunia Islam. Para Ulama nasab berselisih pendapat dalam penyandaran nama Imam Ghazali ra, sebagian mengatakan, bahwa penyandaran nama beliau kepada daerah Ghazalah di Thus tempat kelahiran beliau ini dikuatkan oleh Al-Fayumi dalam Mishbahul Munir, penisbatan ini kepada salah seorang keturunan Imam Ghazali yaitu Majdudin Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhammad bin Abi Thohir Syarwan Syah bin Abul Fadhl bin Ubaidillah, anaknya Sitti Al-Mana Binti Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali yang mengatakan: “...