Langsung ke konten utama

Empat (4) Syafa'at Al-Qur'an


Al-Qur'an adalah kitab pedoman dan petunjuk yang mesti dihafal, dipelajari dan diamalkan kandungannya oleh umat islam. Sebagaimana diisyaratkan dalam banyak ayat Al-Qur'an, diantaranya:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا (9)
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al Isra’: 9)

Dengan menghafal dan membawanya dalam dada, maka seseorang telah menutupi celah kewajiban kifayah yang diembankan oleh Allah ta’ala atas umat ini untuk menjaga Kitab Suci-Nya, dan ia berhak menyandang gelar sebagai salah satu penjaga Al-Qur'an:
{إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (9)} [الحجر: 9]
“Sesungguhnya Kami menurunkan al-Dzikra (Al-Qur'an), dan sesungguhnya Kami sungguh akan menjaganya” (QS Al Hijr : 13).

Allah ta’ala telah menjaga Kitab Suci Al-Qur'an lewat dua cara: tulisan mushaf dan dada para penghafal Al-Qur'an. Namun penjagaan yang paling kokoh adalah lewat dada-dada para penghafal dan pengkajinya, karena mushaf-mushaf Al-Qur'an bisa saja punah dari masa kemasa atau dari suatu negeri tertentu dengan faktor peperangan atau faktor lainnya sebagaimana yang terjadi pada beberapa negeri islam dizaman penjajahan Uni Sovyet saat mushaf-mushaf dibakar, namun sebagian anak-anak umat islam masih tetap bisa menghafal Al-Qur'an lewat kekuatan daya ingat para penghafal yang menyimpan ayat-ayat Al-Qur'an dalam dada mereka.

Ketahuilah bahwa sekedar Allah menitipkan penjagaan Al-Qur'an ini pada seorang muslim untuk selalu ia hafal, kaji dan amalkan, maka Dia telah mengistimewakan dirinya dengan satu keistimewaan yang tidak bisa ditandingi oleh keutamaan apapun, sebagaimana dalam firman-Nya:
{ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا} [فاطر: 32]
“…Lalu Kami mewariskan Kitab ini (Al-Qur'an) terhadap orang-orang yang terpilih dari hamba-hamba Kami…” (QS Fathir: 32 ).

Walaupun hamba-hamba terpilih yang ada dalam ayat ini adalah kaum muslimin secara umum, namun para penghafal dan para pengkaji Al-Qur'an lah yang paling utama masuk dalam golongan hamba-hamba terpilih tersebut. Dalam hadis, Rasulullah shallallahu’alaihi waallam bersabda:
“إن لله أهلين من الناس. قالوا: يا رسول الله، من هم؟ قال: “هم أهل القرآن، أهل الله وخاصَّته”
“Sesungguhnya Allah memilki kerabat dari kalangan manusia”, para sahabat bertanya: “Siapakah mereka?”, beliau menjawab: “Ahli Al-Qur'an, merekalah kerabat Allah dan orang-orang istimewa disisi-Nya” (hasan, HR Ibnu Majah: 215, dan Ahmad: 1127).

Oleh karena itu, bukan suatu hal aneh bila Allah ta’ala menetapkan mereka sebagai manusia-manusia terbaik, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam:
«خيركم من تعلم القرآن وعلمه»
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya”. (HR Bukhari: 5027).

Juga dalam sabdanya:
إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواما، ويضع به آخرين
“Sesungguhnya dengan Kitab inilah (Al-Quran), Allah mengangkat derajat suatu kaum dan merendahkan derajat selain mereka”. (HR Muslim: 817).

Diantara sekian banyak keutamaan Al-Qur'an adalah adanya syafaat dari Al-Qur'an itu sendiri di akhirat kelak terhadap orang-orang yang menghafalnya, mengkajinya dan mengamalkan kandungannya, sebagaimana dalam hadis:
الصيام والقرآن يشفعان للعبد يوم القيامة
“Puasa dan Al-Qur'an akan memberikan syafaat pada seorang hamba dihari kiamat kelak”. (HR Ahmad:6626, dan al-Hakim: 1/554, hasan li ghairihi).

Diantara sekian jenis syafaat Al-Qur'an tersebut adalah :

1. Al-Qur'an sebagai pemberi syafaat untuk masuk surga. Dalam hadis shahih Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
اقرءوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه، اقرءوا الزهراوين البقرة، وسورة آل عمران، فإنهما تأتيان يوم القيامة كأنهما غمامتان، أو كأنهما غيايتان، أو كأنهما فرقان من طير صواف، تحاجان عن أصحابهما
“Bacalah Al-Qur’an karena Al-Qur'an akan datang pada hari kiamat nanti sebagai pemberi syafaat bagi yang membacanya (dengan tadabbur dan mengamalkannya). Bacalah al-Zahrawain (dua cahaya) yaitu surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran karena keduanya datang pada hari kiamat nanti seperti dua awan atau seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung yang membentangkan sayapnya, keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin membaca dua surat tersebut.” (HR. Muslim: 1910).

Syaikh Faishal al-Mubarak rahimahullah menjelaskan: “Hadis ini merupakan motivasi dan perintah agar kita terus membaca Al-Qur'an, dan bahwasanya ia memberikan syafaat bagi penjaganya yaitu orang-orang yang selalu membacanya, berpegang teguh dengan kandungannya, melaksanakan perintahnya, dan menjauhi larangannya”. (Tathriz Riyadh al-Shalihih: 579).

Al-‘Allamah AbdurRauf al-Munawi rahimahullah menjelaskan bahwa orang yang hanya membaca atau menghafal ayat-ayatnya tanpa mempedulikan aplikasi kandungannya maka ia tidak dianggap sebagai penjaga Al-Qur'an yang berhak mendapatkan syafaatnya. (Faidh al-Qadir Syarh al-Jaami’ al-Shaghir: 2/66).

2. Al-Qur-an sebagai pengangkat derajat dalam surga. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
يقالُ لصاحبِ القرآن: اقرَأ وارتَقِ، ورتِّل كما كُنْتَ ترتِّل في الدُنيا، فإن منزِلَكَ عندَ آخرِ آية تقرؤها
“Dikatakan pada orang yang menjadi penjaga Al-Qur’an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu (tingginya derajatmu disurga) adalah tergantung pada akhir ayat yang engkau baca”. (shahih, HR Abu Daud: 1464 dan Tirmidzi: 3141).

Para ulama rahimahumullah menyatakan bahwa setiap seseorang membaca satu ayat, maka ia akan dinaikkan satu tingkatan surga hingga ia berhenti pada ayat terakhir hafalannya. Aisyah radhiyallahu’anha berkata: “Sesungguhnya jumlah tingkatan surga itu sebanyak jumlah ayat Al-Qur'an, dan tidak ada satupun penghuni surga yang lebih utama (tinggi tingkatannya) daripada pembaca Al-Qur'an”. (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 29952, hasan).

3. Al-Qur'an menghindarkan penjaganya dari adanya hisab / penghitungan amalan yang buruk. Dalam Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (29955, dengan sanad shahih), Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata: “Siapa yang membaca Al-Qur'an dan mengikuti petunjuknya, maka Allah akan memberinya hidayah didunia, dan melindunginya dari buruknya hisab amalan dihari kiamat kelak, karena Allah telah berfirman: “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku maka ia tidak akan sesat (didunia) dan sengsara (diakhirat)”, (QS Thaha: 123)”.

Dalam tafsir ayat ini, Imam Ibnu ‘Aasyur rahimahullah berkata: “Firman-Nya dalam ayat ini “maka ia tidak akan sesat” bermakna bahwa bila seseorang mengikuti petunjuk yang berasal dari Allah yang diturunkan lewat lisan Rasul-Nya maka ia akan diselamatkan dari adanya kesesatan didunia ini … adapun makna “tidak akan sengsara” adalah tidak mendapatkan kesengsaraan diakhirat nanti sebab bila ia telah selamat dari kesesatan didunia ini, maka dengan serta merta ia juga akan selamat dari kesengsaraan diakhirat kelak”. (Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir: 16/330-331, ringkasan).

4.Kedua orangtua penjaga Al-Qur'an mendapatkan syafaat kemuliaan diakhirat kelak. Dalam hadits disebutkan:
“Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya, maka kedua orang tuanya akan dipakaikan mahkota pada hari kiamat yang cahayanya lebih terang daripada cahaya matahari seandainya berada dirumah-rumah kalian di dunia ini. Maka bagaimana menurut perkiraan kalian mengenai (ganjaran pahala) orang yang mengamalkannya?” (HR Abu Daud: 1453, hasan li ghairihi).

Hadis ini menjelaskan secara gamblang bahwa keutamaan ini hanya didapatkan oleh kedua orangtua penjaga Al-Quran yang membaca atau menghafal dan mengamalkannya. Syaikh Abdul’Aziz al-Rajihi hafidzhahullah berkata: “Para penjaga Al-Qur'an adalah orang-orang yang mengamalkan kandungannya meskipun mereka tidak menghafalnya diluar kepala, sebab itu barangsiapa yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkan kandungannya maka ia sudah termasuk kerabat Allah secara khusus baik ia menghafalnya diluar kepala atau tidak, namun bila ia menghafalnya maka tentunya sangat utama, dan bila ia tidak menghafalnya dan hanya selalu membacanya lewat mushaf dengan selalu mengamalkan kandungannya, maka ia termasuk dalam golongan penjaga Al-Qur'an”. (Syarah Sunan Ibnu Majah: pel.14/5).

والله أعلم

Inilah beberapa jenis syafaat Al-Qur'an terhadap para penjaganya diakhirat kelak, semoga kita semua termasuk dalam golongan yang diberikan syafaat olehnya dihadapan Allah ta’ala kelak, Aamiin.

Penulis:
M Aulia Hafidz Al-Majied, Lc.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulumul Qur'an • Kaidah Penulisan Hamzah (Kaidah Imla dan Rasm)

Cyber Da'wah Aulia Media (CDAM) Kaidah Penulisan Hamzah (Kaidah Imla dan Rasm) Cara menulis hamzah di awal, di tengah, dan di akhir Berbeda dengan huruf hijaiyah lainnya, hamzah mempunyai kaidah tersediri dalam penulisannya. Hamzah bisa ditulis dalam bentuk alif, ya’, wau, atau mandiri (seperti kepala ain). Di bawah ini akan dijelaskan cara penulisan hamzah dalam kaidah imla’ dan juga rasm utsmani. Penulisan Hamzah 1. Hamzah di awal kata Ketika hamzah berada di awal kata, maka di tulis dalam bentuk alif, baik hamzah qatha maupun hamzah washal. Perbedaanya kalau menulis hamzah qatha harus ada kepala hamzahnya (ء) di atas alif ketika berharakat fathah dan dhammah serta berada di bawah alif ketika berharakat kasrah. Sedangkan menulis hamzah washal berbentuk alif saja tanpa ada kepada hamzah. Contoh hamzah qatha: أَنْعَمْتَ – أُنَاسٌ - إِكْرَامٌ Contoh hamzah washal: اَلْأَنْهَارُ - اِبْنٌ - اُنْصُرْ === Perbedaan hamzah qatha dan hamzah washal === 2. Hamzah di tengah Hamza

Bacaan Do'a Safar Perjalanan Lengkap Arab dan terjemahan

HM. Aulia Hafidz Al Majied, SE,.Lc' Al Khidmah Aulia Al Ziyadah  >Doa Umroh & Haji>Bacaan Doa Safar Perjalanan Lengkap Arab, Latin dan Terjemahan Bacaan Doa Safar Perjalanan Lengkap Arab, Latin dan Terjemahan Safar (perjalanan jauh) adalah suatu hal yang menyulitkan. Namun di saat sulit semacam itu, Allah memberikan kita kesempatan untuk banyak berdo’a dan di situlah waktu mustajab, mudah dikabulkan do’a Bacaan Doa Safar Perjalanan Lengkap Arab, Latin dan Terjemahan Post category:Doa Umroh & Haji / Kumpulan Doa Islam Post comments:0 Comments Melakukan safar adalah salah satu fitrah sebagai umat manusia, terutama karena untuk niat ibadah. Sebagai umat muslim, dianjurkan untuk memanjatkan doa ketika akan melakukan aktifitas. Demikian juga kita dianjurkan untuk memanjatkan bacaan doa safar saat melakukan perjalanan atau bepergian jauh seperti umroh dan haji. Pengertian Safar Dalam bahasa Arab, safar berarti menempuh perjalanan. Adapun secara syariat safar ada

Dzikir Selama Bulan Rajab

Beberapa amalan yang sudah memasyarakat ketika masuk bulan rajab salah satu cara yang dianjurkan oleh islam dalam hal ini adalah dengan melakukan wirid dzikir dan doa. mohon maaf bagi sahabat yang masih awam mengenai hal ini, berikut di bawah ini kami sajikan bacaannya dengan tulisan arab dan latin. Doa bulan rajab menyambut datangnya bulan sya'ban dan ramadhan اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ ALLAAHUMMA BAARIK LANAA FII RAJABA WA SYA'BAANAA WA BALLIGHNAA RAMADHANAA Artinya : Ya Allah berkahilah kami pada bulan rajab dan sya'ban dan sampaikan kami kepada ramadhan.  Wirid dan dzikir  Amalan Mulai Tanggal 1 sampai 10 Rajab   سُبْحَانَ اللهُ حَيُّ الْقَيُّوْمُ  SUBHAANALLOOHU HAYYUL QOYYUUMU (Dibaca 100 kali) سُبْحَانَ اللهِ اَحَدِ الصَّمَدْ  SUBHAANALLOOHII AHADISH-SHOMAD (Dibaca 100 kali)  سُبْحَانَ اللهُ الرَّؤُوْفُ  SUBHAANALLOOHUU ROUUFU (Dibaca 100 kali) Setelah sholat subuh, silakan baca atau amalkan ini sebanyak 70 ka