Langsung ke konten utama

Antara Istighfar dan Shalawat, mana yang lebih utama dan dahsyat!?

[Istighfar atau sholawat]



.

Beberapa yg tanya soal ini, dan cukup menarik buat dibahas hihi..

.

Dzikir sebagai orang muslim ibarat pelumas dalam mesin, klo mesin ga ada oli, mesin mudah panas, seret, lama2 rusak deh.. sama halnya kita hamba Allah, klo ga dzikir, mudah emosian, ga sabaran, baperan, lama2 galau 7 hari 7 malam wkwk

.

Akan tetapi dzikir sebenernya banyak banget, tpi bahasan kali ini lebih ke dzikir sehari2 atau sepanjang waktu, bukan dzikir pasca sholat yaa..

.

Soal dzikir sepanjang waktu, ada dua yg paling sering diucapkan, yakni antara istighfar atau sholawat? Pilih mana sihh??

.

Kalau pilihan dua2nya sama2 baik, tpi ada keutamannya sendiri, cuss langsung aja kita bahas dibawah..

.

.

1. Istighfar.. bunyi hadistnya kek gini..

.

"Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allâh merubah setiap kesedihannya menjadi kegembiraan; Allah Azza wa Jalla memberikan solusi dari setiap kesempitannya (kesulitannya), dan Allâh anugerahkan rizki dari jalur yang tiada disangka-sangka. [HR. Ahmad]

.

Seperti itulah keutamaan kita dzikir istighfar, kalau katanya ust oemar mita, manusia tuh tempatnya salah makanya manusia disuruh perbanyak istighfar, kalau malaikat ndk pernah salah makanya malaikat sering memuji Allah, kalau setan? Wkwk sudah jelas setan cuma bisa julid, ghibah, godain biar kita2 pada melenceng..

.

.

2. Sholawat.. “Perbanyaklah kalian membaca shalawat kepadaku pada hari dan malam Jum’at, barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.”[Hr. Baihaqi]

.

Sholawat boleh juga sepanjang waktu, tpi keutamannya diperbanyak di hari jum'at..

.

.

Jadi pilih mana dong?? Rekomendasi dri hadist kalau dzikir sepanjang hari lebih baik istighfar, karna buah istighfar selain menggugurkan dosa, juga memudahkan segala urusan.. bahkan ada ulama itu setiap detak jantung itu selalu beristighfar entah dapat nikmat atau musibah hatinya selalu beristighfar, agar kalau mendapat nikmat tidak menjadi lalai, dan ketika mendapat musibah tidak menjadi lemah.. tapiii klo udh masuk hari jum'at/malam jum'at mulai dikebut dzikir sholawatnya..

.

Sudah lazim kita ketahui, bahwa Allah SWT memerintahkan kita untuk senantiasa beribadah dan selalu mengingatnya, salah satunya dengan berdzikir. Disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa keutamaan dzikir adalah dapat menenangkan hati. Allah befirman;

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. ar-Ra’du: 28).

Jenis-jenis dzikir juga sangat banyak macamnya. Ada kalimat hauqolah (lahaula wala quwata illa billah), istighfar (astaghfirullahaladzim), asmaul husna, bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan lain sebagainya. Mengenai bershalawat kepada Rasulullah SAW, Allah SWT menjelaskan keutamaannya secara istimewa, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Ahzab ayat 56:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [QS: al-Ahzaab: 56]

Dari sekian banyak macam dzikir dan shalawat, Imam ar-Ramly Rahimahullah pernah ditanya mengenai lebih utama mana antara sibuk bershalawat atau beristighfar, beliau lantas menjawab:

هَلْ الْأَفْضَل الِاشْتِغَال بِالِاسْتِغْفَارِ أُمّ الصَّلَاة عَلَى النَّبِيّ] (سُئِلَ) هَلْ الْأَفْضَلُ الِاشْتِغَالُ بِالِاسْتِغْفَارِ أَمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَوْ يُفَرَّقُ بَيْنَ مَنْ غَلَبَتْ طَاعَاتُهُ فَالصَّلَاةُ لَهُ أَفْضَلُ أَمْ مَعَاصِيهِ فَالِاسْتِغْفَارُ لَهُ أَفْضَلُ فَأَجَابَ) بِأَنَّ الِاشْتِغَالَ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَفْضَلُ مِنْ الِاشْتِغَالِ بِالِاسْتِغْفَارِ مُطْلَقًا. فتاوی الرملی ، ج ٤ ، ص ٣١٨ ‏‏‎
Imâm Al Ramliy pernah ditanya, mana yang lebih utama (afdhol), menyibukkan diri beristighfar atau bershalawat pada Baginda Nabi Muhammad SAW? Ataukah dibedakan antara orang yang ketha’atannya lebih banyak itu lebih utama bershalawat, dan orang yang ma’syiyatnya lebih banyak itu lebih utama beristighfar ?

Beliau imam Al Ramliy menjawab, bahwa menyibukkan bershalawat & taslîm pada Baginda Nabi ﷺ lebih utama (afdlol) dari pada menyibukkan beristighfar, muthlaq tanpa dibedakan bagi orang yang ketha’atannya atau ma’syiyatnya yang lebih unggul. [Fatawa Ar Ramly Juz 4 halaman 318‏‎].

Dari penjelasan imam Ar Ramly di atas bisa kita simpulkan bahwa menyibukkan diri untuk bershalawat pada nabi lebih utama daripada beristigfar, namun menurut beliau keutamaan tersebut tanpa membedakan untuk orang yang ahli dzikir. Artinya, semua dzikir itu sama saja, tergantung pada orang yang istiqomah mengamalkannya.

Wallahu a‘lam.

Semoga bermanfaat..

M Aulia Hafidz Al-Majied, Lc.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulumul Qur'an • Kaidah Penulisan Hamzah (Kaidah Imla dan Rasm)

Cyber Da'wah Aulia Media (CDAM) Kaidah Penulisan Hamzah (Kaidah Imla dan Rasm) Cara menulis hamzah di awal, di tengah, dan di akhir Berbeda dengan huruf hijaiyah lainnya, hamzah mempunyai kaidah tersediri dalam penulisannya. Hamzah bisa ditulis dalam bentuk alif, ya’, wau, atau mandiri (seperti kepala ain). Di bawah ini akan dijelaskan cara penulisan hamzah dalam kaidah imla’ dan juga rasm utsmani. Penulisan Hamzah 1. Hamzah di awal kata Ketika hamzah berada di awal kata, maka di tulis dalam bentuk alif, baik hamzah qatha maupun hamzah washal. Perbedaanya kalau menulis hamzah qatha harus ada kepala hamzahnya (ء) di atas alif ketika berharakat fathah dan dhammah serta berada di bawah alif ketika berharakat kasrah. Sedangkan menulis hamzah washal berbentuk alif saja tanpa ada kepada hamzah. Contoh hamzah qatha: أَنْعَمْتَ – أُنَاسٌ - إِكْرَامٌ Contoh hamzah washal: اَلْأَنْهَارُ - اِبْنٌ - اُنْصُرْ === Perbedaan hamzah qatha dan hamzah washal === 2. Hamzah di tengah Hamza...

Enam (6) Kaidah Rasm Utsmani (Kaidah Penulisan Al-Qur'an)

Cyber Da'wah Aulia Media (CDAM) Kaidah Rasm Utsmani | Khath Utsmani | Rasmul Qur'an Rasm bisa diartikan atsar (bekas), khat (tulisan) atau metode penulisan. Rasm Utsmani atau disebut juga Rasmul Qur’an adalah tata cara penulisan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa khlalifah Utsman bin Affan. Istilah Rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri dari Mus bin zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu. Menulis Kaligrafi Al-Qur'an Kaidah rasm utsmani ada 6: 1. Hadzf (الْحَذْف) Hadzf artinya membuang. Nah dalam penulisan Al-Qur’an ada beberapa huruf yang dibuang. Huruf yang dibuang diantaranya alif, wau, ya’, lam dan nun. Contoh wau yang dibuang: اَلْغَاونَ (اَلْغَاوُوْنَ) Contoh ya’ yang dibuang: وَلِيَ دِيْنِ (دِيْنِيْ) Contoh lam yang dibuang: ...

Imam Al-Ghazali: Sang Hujjatul Islam

Imam Al-Ghazali: Sang Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Al-Ghazali, yang terkenal dengan Hujjatul Islam (argumentator Islam) karena jasanya yang besar di dalam menjaga Islam dari pengaruh ajaran bid’ah dan aliran rasionalisme Yunani. Beliau lahir pada tahun 450 H, bertepatan dengan 1059 M di Ghazalah, suatu kota kecil yang terlelak di Thus wilayah Khurasan yang waktu itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan di dunia Islam. Para Ulama nasab berselisih pendapat dalam penyandaran nama Imam Ghazali ra, sebagian mengatakan, bahwa penyandaran nama beliau kepada daerah Ghazalah di Thus tempat kelahiran beliau ini dikuatkan oleh Al-Fayumi dalam Mishbahul Munir, penisbatan ini kepada salah seorang keturunan Imam Ghazali yaitu Majdudin Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhammad bin Abi Thohir Syarwan Syah bin Abul Fadhl bin Ubaidillah, anaknya Sitti Al-Mana Binti Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali yang mengatakan: “...